Daftar CEO di Indonesia..
1.Sukanto Tanoto (lahir dengan nama Tan Kang Hoo di Belawan, Medan, 25 Desember 1949; umur 59 tahun) adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Ia adalah CEO Raja Garuda Mas, sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Singapura dengan usaha di berbagai bidang, terutamanya kertas dan kelapa sawit. Tanoto dinyatakan sebagai orang terkaya di Indonesia oleh majalah Forbes pada September 2006.
2. Lin Che Wei (lahir di Bandung, 1 Desember 1968; umur 41 tahun) adalah seorang analis pasar modal Indonesia. Lin Che Wei memulai karirnya sebagai analis keuangan di beberapa perusahaan asing antara lain WI Carr, Deutsche Bank Group dan Societe Generale. Analisanya yang kontroversial di dalam membongkar skandal Bank Lippo menyebabkannya berurusan dengan pengadilan dan dituntut sebesar Rp 103 milyar oleh pengurus Grup Lippo. Kasus ini menyebabkan Lin Che Wei mendapatkan penghargaan Tasrif Award dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Lin Che Wei merupakan penerima penghargaan Indonesian Best Analyst dari AsiaMoney Magazine dan The Most Popular Analyst Award" untuk tahun 2002 dan tahun 2004. Sejak pertengahan 2007, ia menjabat sebagai CEO dari Sampoerna Foundation (filantropis terbesar milik keluarga Sampoerna di Indonesia yang berfokus pada pendidikan). Ia juga mendirikan lembaga riset Independent Research & Advisory Indonesia.
Lin Che Wei pernah menjabat sebagai Presiden Direktur dari Danareksa (Perusahaan Investment Banking terbesar milik Pemerintah Indonesia) dari 2005 sampai pertengahan 2007. Ia juga pernah menjabat sebagai staf khusus dari Menteri Negara BUMN, Sugiharto dan Staf Khusus dari Menko Perekonomian Aburizal Bakrie. Mulai terlibat dengan pemerintahan setelah menjadi salah seorang panelis di dalam debat Calon Presiden di tahun 2003. Lin Che Wei menjadi panelis dari pasangan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Lin Che Wei menjadi sekretaris team perundingan antara Pemerintah Indonesia dengan Exxon di dalam mencari penyelesaian ladang minyak di Cepu yang berhasil diselesaikan pada tahun 2006. Pendidikan S1 - Universitas Trisakti dan MBA dari Universitas Nasional Singapura.
Sejak Agustus 2007 sampai 2008, Lin Che Wei pernah menjabat ebagai CEO dari Sampoerna Foundation, sebuah yayasan pendidikan yang didirikan oleh Putera Sampoerna. Mendirikan perusahaan di bidang corporate advisory dan research di bawah bendera PT Independent Research Advisory Indonesia.
3. Mario Teguh (lahir di Makassar, 5 Maret 1956; umur 53 tahun) adalah seorang motivator dan konsultan asli asal Indonesia. Nama aslinya adalah Sis Maryono Teguh, namun saat tampil di muka publik ia menggunakan nama Mario Teguh. Ia meraih gelar Sarjana Pendidikan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang. Mario Teguh sempat bekerja di Citibank sebelum kemudian mendirikan Bussiness Effectiveness Consultant Mario Teguh Super Club (MTSC) dimana ia menjabat sebagai [CEO] (Chief Executive Officer).
Namanya mulai dikenal luas oleh masyarakat ketika ia membawakan acara Mario Teguh Golden Ways di Metro TV. Kemudian disusul pula acara serupa bertajuk Business Art di O'Channel. Pada saat ini Mario Teguh dikenal sebagai salah satu motivator termahal di Indonesia.
Mario Teguh menikah dengan Linna, dikaruniai 1 orang anak perempuan bernama Audrey.
4. Kristiono (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 12 Februari 1954; umur 55 tahun), merupakan tokoh telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Mantan Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT Telkom) ini meniti karir dari Telkom ke Telkom. Dia Produk asli Telkom. Pertama kali menjabat Dirut pada Juni 2002. Sempat diisukan akan diganti akibat masalah laporan keuangan tahun 2002 yang ditolak oleh Badan Pengawas Pasar Modal Amerika Serikat (US SEC), serta adanya gejala ketidakkompakan di lingkungan sesama direksi. Namun RUPS-LB PT Telkom di Jakarta, 10 Maret 2004 menetapkan kembali lulusan ITS Surabaya (1978) kelahiran Solo 12 Februari 1954 ini sebagai direktur utama. Prestasi yang pernah diraihnya antara lain adalah "Best CEO in Indonesia for the 2003 in Investor Relation Category (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 12 Februari 1954; umur 55 tahun), merupakan tokoh telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Mantan Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT Telkom) ini meniti karir dari Telkom ke Telkom. Dia Produk asli Telkom. Pertama kali menjabat Dirut pada Juni 2002. Sempat diisukan akan diganti akibat masalah laporan keuangan tahun 2002 yang ditolak oleh Badan Pengawas Pasar Modal Amerika Serikat (US SEC), serta adanya gejala ketidakkompakan di lingkungan sesama direksi. Namun RUPS-LB PT Telkom di Jakarta, 10 Maret 2004 menetapkan kembali lulusan ITS Surabaya (1978) kelahiran Solo 12 Februari 1954 ini sebagai direktur utama. Prestasi yang pernah diraihnya antara lain adalah "Best CEO in Indonesia for the 2003 in Investor Relation Category" dari Institutional Investor Relation Group (IIRG) di New York, dan Kantor Berita Reuters Agustus 2003.
5. Anindya Noverdian Bakrie (lahir 10 November 1974; umur 35 tahun), atau sering juga dipanggil Anindya Bakrie, saat ini merupakan Presiden Direktur PT. Bakrie Telecom dan Presiden Direktur ANTV (CEO, Deputy President Director Erik Meijer). Ia juga merupakan Ketua Komite Tetap Telekomunikasi Kadin Indonesia. Ia adalah anak pertama dari Aburizal Bakrie, mantan pengusaha dan ketua umum Kadin yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Anindya mempunyai dua adik yaitu: Anindhita Anestya Bakrie dan Anindra Ardiansyah Bakrie. Anindya menikah dengan Firdani Saugi. Ia juga pernah bekerja sebagai pengamat finansial di Salomon Smith Barney Inc, New York.
6. Peter Frans Gontha lahir di Semarang, Jawa Tengah, 4 Mei 1948; umur 61 tahun adalah pengusaha Indonesia. Putra pasangan V Willem Gontha dan Alice ini memulai kariernya dari bawah. Ia pernah bekerja sebagai awak kapal pesiar Holland-American Line yang berpusat di Belanda dan rutenya trans-Atlantik, mendapat beasiswa belajar akunting di Praehap Institute Belanda dari Shell, lalu meniti karier di Citibank New York dan akhirnya menjadi Vice President American Express Bank untuk Asia. Selama kuliah, untuk tetap bisa hidup dia bekerja sebagai sopir taksi, pelayan restoran, kelasi, hingga menjadi pembersih karat kapal. Sampai akhirnya sekarang ini telah banyak perusahaan yang didirikannya antara lain Plaza Indonesia Realty (The Grand Hyatt Jakarta), Bali Intercontinental Resort, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), PT Chandra Asri Indonesia, PT Tri Polyta Indonesia, serta Indovision.
Peter F. Gontha mulai menjadi selebriti setelah penampilannya sebagai 'bos' di acara reality show The Apprentice Indonesia. Berkat acara itu pula melekat julukan sebagai ”Donald Trump Indonesia”, mengikuti nama multijutawan Donald Trump sebagai pembuat versi asli ”The Apprentice”. Peter F Gontha didaulat untuk menjadi CEO dalam The Apprentice Indonesia, karena dia dianggap sosok seorang businessman yang mempunyai kredibilitas tinggi dan mempunyai gaya hidup yang sesuai dengan kesuksesan yang telah diraihnya. Julukan itu merupakan julukan kedua buat Peter F. Gontha setelah pada pertengahan 1990-an lalu ia mendapat sebutan ”Rupert Murdoch Muda Indonesia” karena kiprahnya yang malang melintang di bisnis media di Indonesia saat itu.
Bos QTV ini juga terkenal di dunia hiburan Indonesia karena kiprahnya di musik jazz dengan menggagas gelaran pentas musik terbesar di Indonesia, Jakarta International Java Jazz Festival (Java Jazz). Jazz sudah diakrabi Peter sejak berusia delapan tahun. Ayah kandungnya, Wim Gontha, adalah pendiri dan pemimpin big band di perusahaan minyak Shell di Surabaya. Anggota band BPM Shell tersebut antara lain Bubi Chen, Jack Lesmana, dan Maryono, perintis dan mahaguru jazz Indonesia.
7. Abdillah Toha (lahir di Solo, Jawa Tengah, Indonesia, 29 April 1942; umur 67 tahun) adalah Anggota DPR RI, wakil Daerah pemilihan Banten 2, periode 2004-2009 asal PAN.
Dalam bidang usaha, Abdillah bergerak dalam bidang penerbitan sebagai Komisaris Utama Kelompok Penerbit Mizan, dan dalam bidang property, trading dan management consultancy sebagai Direktur Utama Baraka Group. Pengalaman kerja sebelumnya termasuk Assistant Manager Bank of Amerika, Managing Director Touche Ross Indonesia, Chief Executive Officer (CEO) Jan Darmadi Corporation, President Direktur Investrade Group, dan Managing Director Setdco Group. Pengalaman organisasi termasuk pengurus HMI, pengurus ICMI, pengurus Ikatan Financial Executive Indonesia (IFEI), ketua Australia Indonesia Association, dan pendiri serta anggota Dewan Pembina Yayasan Paramadina. Diluar itu, kini ia juga menjabat sebagai Executive Director Institute for Socio-Economic and Political Studies (In-SEP), Pendiri dan pengurus kelompok Pusat Pengembangan Agribisnis, serta pendiri dan pengurus Yayasan Rumah Sakit Mata AINI.
8. Jusuf Kalla lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan pada tanggal 15 Mei 1942) sebagai anak ke-2 dari 17 bersaudara[1] dari pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group. Bisnis keluarga Kalla tersebut meliputi beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri. Tahun 1968, Jusuf Kalla menjadi CEO dari NV Hadji Kalla. Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang dari sekedar bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan, konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi. Di Makassar, Jusuf Kalla dikenal akrab disapa oleh masyarakat dengan panggilan Daeng Ucu.